Kamis, Oktober 12, 2006

Mudik ke......

Lebaran sudah mulai mendekat, pemburuan tiket pun menjadi semakin sengit. Sejak awal Ramadhan, berita pemburuan TIKET MUDIK selalu menghiasi halaman surat khabar nasional. Ya...Mudik telah menjadi tradisi yang sangat kuat di negeri kita tercinta. Orang rela bermalam di depan loket hanya untuk mendapatkan selembar tiket. Bahkan harga tiket yang melonjak 100% pun tidak menjadi halangan bagi orang untuk melakukan mudik.

Mengapa orang rela bersusah payah untuk mudik ke kampung halaman ? Daya tarik apakah yang membuat orang untuk ingin mudik ? Orang tua, kakek-nenek, saudara, teman lama, nostalgia mungkin menjadi salah satu alasan untuk mudik. Kalo sedikit kita renungkan, mungkin yang mendorong orang untuk mudik adalah hubungan yang indah dan harmonis antara pemudik dengan orang tuanya, kakek-neneknya, saudaranya, temannya dan kenangan yang indah dengan kampung halamannya.
Tanpa adanya hubungan yang harmonis maupun kenangan yang indah, saya kira orang akan enggan untuk mudik. Ngapain mudik kalo hanya untuk bertengkar dengan saudara atau membuka luka lama.

Seandainya kita mempunyai hubungan yang harmonis dengan Tuhan tentunya rasa rindu kepada Tuhan akan sangat besar. Dan niscaya, kita tidak akan merasa enggan untuk mudik ke ”kampung halaman” untuk bertemu dengan Tuhan. Namun ternyata sebagian dari kita masih enggan untuk ”pulang kampung”, bahkan ada yang takut ”mudik” ke rumah Tuhan. Mengapa ? Karena kita merasa bekal kita masih sedikit, amal kita masih senilai cepekan.

Jika orang rela berdesakan, dan bermalam di loket untuk mendapatkan tiket mudik, mengapa kita enggan berbondong-bondong ke Masjid atau Gereja atau Wihara atau Kelenteng untuk beribadah atau beriktikaf?
Jika orang rela membeli tiket yang melonjak 100%, mengapa kita enggan meningkatkan sedekah, infaq atau derma ?

Mungkin mulai sekarang kita harus mulai berbenah diri mulai menabung amal, mulai membina hubungan baik dengan Tuhan, sehingga pada saatnya nanti kita dengan senyum menaiki ”kereta” untuk mudik kehadirat-Nya.

Tidak ada komentar: