Kamis, Agustus 30, 2007

Ternyata...TUHAN MAHA ADIL

Dulu sewaktu masih SMA, saya pernah menganggap bahwa Tuhan itu tidak adil. Mengapa ? Karena waktu itu saya merasa sudah belajar mati-matian dan rajin sholat, tetapi nilai ujianku masih rata biasa-biasa saja. Sedangkan temenku yang sholatnya blentang-blentong justru mendapatkan nilai yang lebih bagus. Ini khan engga adil.



Prasangka buruk terhadap Tuhan mengenai ketidak-adilan kadang masih muncul dimasa kuliah dan setelah saya memasuki dunia kerja. Ketika saya mendapatkan nilai C atau D, maka yang pertama kali saya salahkan adalah Tuhan. Wah..Tuhan engga adil nih, mengapa saya selalu dapet nilai C padahal saya udah rajin belajar dan engga pernah lupa sholat, sedangkan teman saya yang jarang sholat dan non muslim malahan mendapatkan nilai A. Tetapi ketika saya tahu bahwa temen saya itu otaknya encer dan lebih rajin belajarnya dibanding saya, maka saya pun mulai nenyadari kekeliruan saya.

Gimana engga keliru, lha wong pingin dapat nilai A koq belajarnya biasa-biasa saja. Mestinya dengan otak yang tidak terlalu encer, saya mestinya belajar ekstra keras dan tak lupa berdoa supaya materi ujiannya nanti sesuai dengan yang kupelajari semalam suntuk.

Seringkali, setiap menghadapi kegagalan, dengan mudahnya kita menyalahkan Tuhan. Kita menganggap Tuhan tidak adil hanya karena teman kita memperoleh kesuksesan sedangkan kita ketiban sialnya. Masalah agama dan ibadah pun kita bawa-bawa untuk menyalahkan Tuhan. Seandainya kita mau sedikit instropeksi, maka kita akan menyadari bahwa selama ini Tuhan telah berlaku adil. Tuhan memberikan rizki yang berlimpah kepada manusia yang rajin bekerja tanpa memandang SARA dan ketekunan ibadahnya. Urusan dunia..ya..memang harus ditebus dengan kerja keras secara duniawi.

Kita mengenal Albert Einstein, Thomas A Edison, Al Jabar, Ibnu Sina dan para ilmuwan lainnya, mereka semua adalah pekerja keras dan pembelajar sejati. Dan Tuhan telah berlaku adil dengan membuat nama mereka kesohor ke seluruh penjuru dunia tanpa memandang SARA. Jadi mengapa kita masih menganggap Tuhan tidak adil ?

Kalo kita mengalami kegagalan, penyebab utamanya adalah kebodohan kita. Tetapi kalo kita berhasil, maka sejatinya di situ ada campur tangan Tuhan. Sekuat apapun kita berusaha, jika Tuhan tidak menghendaki maka kita akan mengalami kegagalan. Semudah apa pun suatu pekerjaan, jika kita meremehkannya dan tidak berusaha keras untuk mencapainya, maka Insya Allah akan terjadi kegagalan.

Jadi percayalah bahwa TUHAN itu MAHA ADIL. Seandainya kita telah berusaha keras dan berdoa, namun masih mengalami kegagalan, maka bisa jadi memang masih ada yang perlu diperbaiki dalam diri kita. Jangan pernah menyalahkan Tuhan atas kegagalan yang kita alami.

9 komentar:

Unknown mengatakan...

dari kecil secara nggak sadar kita memang dididik untuk menyalahkan orang atau benda lain atas kesalahan kita sendiri.
ingat waktu kita kecil jatuh dan menangis? orang tua kebanyakan bilang: "berdiri nak, mana yang sakit, lantainya nakal ya, biar mama pukul"... nah, kita sendiri yang salah jalan ga hati-hati, kok lantai yang jadi sasaran...

SeeHarrie mengatakan...

Betul, mestinya kalo anak jatuh..engga perlu panik dan marah tapi cukup dinasihatin supaya lebih berhati-hati, jadi engga terbiasa cari kambing warna hitam.

Fitra Irawan mengatakan...

Doa tanpa ikhtiar mah hasilnya nihil, ikhtiar tanpa doa juga nihil...jadi kudu balance...

icHaaWe mengatakan...

Tuhan emang adil kok mas .... tinggal kitanya aja, mau bersyukur ato gak ...

Anonim mengatakan...

waktu kuliah, saya ga pernah nyontek, tapi ipk jadi jeblok. akhirnya bergumul-bergumul-bergumul-dan-bergumul, saya putuskan untuk memulai nyontek. Akibatnya? Nilai tetep jelek2 ajah.

Tuhan memang maha adil...

Vina Revi mengatakan...

Allah selalu bekerja dengan cara-Nya. yakin, deh!

zuki mengatakan...

setuju banget ama komennya Vina!

SeeHarrie mengatakan...

#fluffy's mom : setuju, supaya kalo gagal engga down dan kalo sukses engga besar kepala.

#ichaawe : kayaknya orang jawa pandai bersyukur. Ketika kena gempa bumi masih bisa berkata : "untunglah cuma rumah yang hancur sedangkan keluarga selamat".

#tukang ketik : ha.ha.ha... kalo mau nyontek, minta garansi.

#vina revi & zuki : Harusnya emang begitu.

Anonim mengatakan...

Pada saat mahasiswa, ada dua orang teman yang sekamar...yang satu rajin banget, nilainya biasa saja. Sedang yang satunya main melulu, belajar saat mau ujian, ditunggu pacarnya (kadang dia manja, jadi yang membacakan si pacar)...dan yang kedua ini selalu lulus dengan nilai tinggi. Apa intinya? Anak yang kedua kemungkinan IQ lebih tinggi, dan belajar saat hatinya senang, ditemani pacar, sambil bercanda, jadi lebih mudah masuk ke otak...dan kalau kuliah, di kelas dia serius, sering bertanya, jadi waktu belajarnya lebih efisien.

Yang kedua ini suatu ketika jadi teman sekerjaku dan training bersama, saya jadi memahami gaya belajarnya...dan setelah saya ikutan...hehehe...tahu nggak, juara pertamanya saya dan dia juara kedua....padahal saya mikir aja enggak...mungkin yang betul, adalah cara belajar kita mempengaruhi hasil. Sejak itu saya ikut gaya dia...dan alhamdulillah hasilnya lumayan...belajarlah sesuai kemampuan dan kesenangan kita (ada yang hobi sambil dengar musik, ada yang seneng sepi, ada temanku kalau belajar lebih suka di toilet...katanya tenang dsb nya)