Jumat, November 09, 2007

Budaya Kekerasan

Beberapa minggu ini, berita mengenai aliran sesat kembali menjadi headline di beberapa media. Yang menjadi pesakitan kali ini adalah Al Qiyadah Al Islamiyah. Para pemimpin dan pengikut aliran ini diburu di mana-mana. Pada saat yang bersaman Lia Eden pemimpin komunitas Eden baru dibebaskan dari penjara.

Merebaknya ajaran Al Qiyadah Al Islamiyah disikapi dengan bijak oleh MUI dengan mengeluarkan fatwa sebagai aliran sesat. Kenapa sesat ? Karena SYAHADAT aliran ini tidak sama dengan Syahadat Islam. Selain itu Al Qiyadah Al Islamiyah juga mengajarkan bahwa Sholat hanya sekali dalam sehari dan tidak wajib melakukan puasa Ramadhan. Itu yang saya baca dari media.

Di dalam Islam memang banyak sekali cabang/ alirannya, tetapi untuk urusan Rukun Islam dan Rukun Iman tidak ada perbedaan. Kalo ada suatu aliran yang mengaku Islam tetapi mempunyai rukun Islam/ Iman yang lain, maka aliran itu layak di cap "sesat".

Namun sayang, kearifan MUI dalam menyikapi aliran Al Qiyadah Al Islamiyah tidak diikuti oleh sebagian umat Islam. Beberapa kelompok masyarakat melakukan tindak kekerasan berupa pengusiran dan perusakan terhadap pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah. Tujuannya sih baik..yaitu mencegah meluasnya ajaran sesat tersebut, tetapi apakah kekerasan merupakan jalan yang efektif?

Untuk merekrut anggota baru, pemimpin Al Qiyadah Al Islamiyah banyak melakukan diskusi "door to door" secara intensif. Akibatnya calon anggota (yang pengetahuan agamanya minim) dengan mudah akan tercuci otaknya dan menganggap bahwa Al Qiyadah Al Islamiyah adalah ajaran yang paling benar. Nah untuk mengembalikan kesadaran para korban ini, tidak bisa dilakukan dengan kekerasan, tetapi musti dengan diskusi pula. Kalo terapi kekerasan diberikan kepada orang yang telah "tercuci otaknya", maka orang tersebut cenderung untuk "defensif". Kalopun mereka luluh, biasanya itu hanya pura-pura sekedar lepas dari tindak kekerasan.

Untuk mengikis penyebaran Al Qiyadah Al Islamiyah, maka para pemimpinnya memang harus ditangkap dan di adili, tetapi bagaimana dengan para pengikutnya ? Bukankan mereka hanya korban tipu daya juga. Jadi tidak selayaknya kalo kita melakukan tindak kekerasan terhadap orang-orang yang jadi pengikut Al Qiyadah Al Islamiyah. Lebih baik mereka disadarkan dengan diskusi tentang ajaran Islam yang benar. Memang dengan metode diskusi diperlukan waktu yang agak lama, tetapi Insya Allah hasilnya adalah per-Taubatan yang muncul dari dalam hati/jiwa, bukan pura-pura tobat.

Seiring dengan sering munculnya aliran sesat, mulai muncul pula pemikiran bahwa hal itu didalangi oleh pihak tertentu dengan dana yang besar. Istilah kerennya KONSPIRASI. Siapakah DALANGnya ? Wah..daripada sibuk mencari-cari dalan konspirasi, lebih baik kalo para pemuka agama saling bahu membahu membentengi umatnya dengan berbagai cara agar tidak mudah terpedaya oleh aliran sesat. Diskusi keagamaan hendaknya semakin digiatkan. Sehingga umat terbiasa untuk berpikir, tidak hanya dicekok-i. Jika benteng yang ada di dalam diri umat telah kuat, maka sekuat apapun dalangnya engga bakalan deh mampu menerobosnya. Bener gak sih ?

5 komentar:

icHaaWe mengatakan...

yah biasa lah orang indonesia...suka main hakim sendiri.... yg harusnya sih mereka mikir...lebih baik orang2 sinting kyk gitu diproses dgn pihak profesional...biar bener bablas, beku dan hilang tanpa jejak

Anonim mengatakan...

lagi2 masyarakat awam memang gampang terpedaya dan jadi korbannya

GIES mengatakan...

bener kata mBak ely meyer..dsini apapun yg terjadi masyarakat awam lah yg sering terpedaya...jd sebenernya ini tanggung jawab kita bersama

Anonim mengatakan...

No comment ah...... ntar liat aja hasil akhirnya kek apaaaaaa

SeeHarrie mengatakan...

Yuk kita tunggu saja lanjutan sinetron ini.