Kamis, April 12, 2007

Gagal Maning

Ketika kita masih sekolah (SD, SMP, SMU) jarang sekali kita mengalami ataupun mendengar kata gagal. Waktu SD kelas 1 s/d 6, tidak ada satupun temenku yang gagal naik kelas. Kata "gagal" baru mulai menghantui ketika ujian masuk SMP. Biasanya orang tua mengingkan anaknya masuk SMP Negeri (kalo anaknya sih..cuek aza engga mikir). Kerana jumlah SMP Negeri terbatas, maka terjadilah persaingan yang sengit. Di sanalah kita mulai belajar mengenai "kegagalan". Ternyata sungguh tidak enak. Lebih tidak enak lagi kalo "kegagalan" tersebut berdampak pada pengambilan keputusan lanjutan yang "salah". Tidak jarang mereka yang gagal masuk SMP Negeri, memutuskan masuk SMP Swasta dengan pertimbangan "asal sekolah, engga keluyuran". Lha..akibatnya adalah terjadilah "Gagal II" yakni ora diterima di SMA Negeri. Jika pemikiran "asal sekolah" terjadi lagi, maka akan menyusul "Gagal III" karena tidak diterima di PTN.
Yahhh..itu kalo yang dicari sekedar "Sekolah Negeri".

Bagi yang sekolahnya lancar bahkan bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri dan akhirnya bekerja di tempat yang bonapid, sudah tentu tidak mengenal kata "gagal".
Yang selalu ada diotaknya adalah kata "berhasil".
Berdasarkan rumor, orang yang selalu "berhasil" mempunyai risiko yang sangat tinggi ketika mengalami kegagalan. Mengapa? karena dia tidak siap untuk gagal. Akibatnya jika suatu saat, misalkan terjadi "gagal naik pangkat" dampaknya bisa luar sangat luar biasa. Motivasi kerja turun, jadi uring-uringan dan sibuk menuduh orang laen sebagai penyebab kegagalan. Nah kalo sudah begitu...masa depan bisa suram dech.

Untuk mencegah hal seperti itu terjadi, maka kita harus selalu berpikir 50/50, yaitu atau paling tidak 80/20. Maksudnya 80% berhasil, 20% gagal. Dengan demikian kita bisa mempersiapkan langkah-langkah apa yang perlu diambil jika yang 20% tersebut terjadi, dan bergerak kembali dengan lebih giat untuk mengejar ketertinggalan.

Kalo Anda punya rekan kerja yang tidak naik pangkat, sebaiknya jangan menghibur dengan kata-kata " Sabar ya...kerja itu adalah ibadah". Karena mungkin anda akan mendapat jawaban "Walah...gagal kok ibadah, kalo gitu kamu saja yang sering gagal, khan ibadahnya semakin banyak".

1 komentar:

NiLA Obsidian mengatakan...

intinya...optimis itu harus...tp kita juga harus prepare kemungkinan yg terburuk....gitu kan om?